Showing posts with label Tempat Wisata. Show all posts

Wednesday, 23 October 2013

PESONA ALAM SITU GUNUNG SUKABUMI


Bagi Anda yang ingin berlibur dengan suasana sejuk dan hemat, Situ Gunung bisa menjadi salah satu pilihannya. Kawasan ini terletak di kaki Gunung Pangrango, Kecamatan Kadu Dampit, Sukabumi Jawa Barat. Berada di ketinggian sekitar 970 diatas permukaan laut (dpl).

Sesuai namanya, Situ Gunung ini menawarkan wisata alam berupa Danau yang eksotis. Sejuk nan asri ketika berada di kawasan Situ dengan pemandangan yang luas. Jika cuaca bagus, suasananya semakin menarik untuk diabadikan dengan kamera apa saja.

Suana kawasan Danau

Menurut legenda, Situ Gunung ini merupakan danau buatan bangsawan Mataram Rangga Jagad Syahadana, yang akhirnya dikenal dengan Mbah Jalun. Dia seorang buronan Belanda yang lari dari kerajaan Mataram karena diburu penjajah pada tahun 1800-an.

Jalan dari Parkiran mobil menuju Danau
Lebih lanjut, sebelum ke Sukabumi, Mbak Jalun memperistri perempuan asal Kuningan Jawa Barat. Untuk jalur pengembaraannya dari kejaran kolinial melewati Cianjur dengan membuka jalur hutan di pegunungan. Salah satunya adalah jalan lewat Gunung Gede dan Pangrango. Dan akhirnya berhenti di lembah yang dialiri sungai yang jernih dan menetap dan membuat danau sebagai bentuk syukur atas putranya Rangga Jaka Lulunta.

Jalur Transportasi
Karena keindahan alamnya yang asri dan terlindungi, Situ Gunung sering menjadi destinasi para fotografer untuk mengabadikan landscape yang menawan, terutama ketika pancaran cahaya pagi menembus sela-sela pepohonan.

Tim Travelenia dari Jakarta menggunakan mobil melewati Tol Ciawi, Pasar Cicurug, Pasar Cibadak dan Pasar Cisaat. Pas sebelum Pasar Cisaat atau Alun-Alun Cisaat, kita masuk ke arah kiri pas di Polsek Cisaat. Jarak tempuhnya kurang lebih 30 menit menuju Wisata Alam Situ Gunung.

Bagi yang menggunakan transportasi umum, banyak pilihannya. Ikut saja bus jurusan Sukabumi dan turun di alun-alun atau Polsek Cisaat. Setelah itu, ada angkot namun tidak sampai ke pintu gerbang. Jaraknya sekitar 9 Km dari Cisaat. Tapi sebenarnya bisa diajak hingga pintu gerbang tentu dengan biaya tambahan dengan sang supir.

Kawasan Situ Gunung
Berwisata ke Situ Gunung sangat murah. Biaya masuk per orang hanya Rp 3000, parkir untuk mobil sekitar Rp 10.000. Begitu kita masuk pintu gerbang, ambil kiri mengikuti jalanan bebatuan kecil dan melewati tempat outbound hingga tempat parkir. Sementara khusus pengguna Wisma Danau yang berada pas samping Danau boleh masuk menggunakan mobil. Hanya saja untuk bus tidak memungkinkan.

Dari tempat parkir menuju Danau berjarak kurang lebih 500 meter dengan jalan menurun. Bagi yang malas jalan kaki, bisa menggunakan jasa ojek dengan biaya Rp 10.000.

Kawasan Masuk Danau
Begitu sampai di kawasan Danau, mata kita akan terlihat lebih segar karena rerumputannya yang hijau dan menyejukkan pandangan. Tempatnya asri dan nyaman untuk bersantai bersama keluarga sembari menghirup udara segar. Sebagai pengobat kepenatan aktivitas yang pada selama di Jakarta.

Nyaman untuk wisata keluarga juga
Ramainya pengunjung dari jam 08.00 pagi sampai 16.00 sore. Bahkan untuk weekday sangat sepi dan biasanya hanya orang-orang sekitar yang mancing di danau dari siang hingga besok pagi. Mereka yang membuang bibit ikan dan mereka pula yang memancingnya.

Bagi Fotografer
Biasanya banyak komunitas fotografi hunting ke Situ Gunung ini. Sebab untuk pemandangan alamnya cukup memesona, terutama di pagi hari ketika pancaran cahaya matahari menembus di sela-sela pemohonan dan kabut terlihat sehingga memberikan suasana dalam foto yang menarik.

Parahu yang biasa disewa fotografer
Memang bagi fotografer yang ingin mengabadikan ray of light sebaiknya menginap. Sebab dari jam 04.00-05.00 sebaiknya sudah di pinggir Danau. Sebab jam 05.00 pagi kami sampai di sana, suasana tampak terang jika cuaca cerah. Bila membawa model, bisa memanfaatkan perahu sewaan sebagai bagian penting di frame kita.

Pinggir Danau
Selain Danau, obyek wisata lainnya adalah Curug Sawer yang merupakan air terjun terbesar di Taman Nasional Pangrango dengan ketinggian sekitar kurang lebih 25 meter. Jarak tempuh sekitar 2 Km dengan berjalan kaki karena hanya memiliki akses setapak menuju air terjunnya. Jalannya juga turun naik sehingga cukup untuk membakar kalori kita.

Curug Sawer
Namun bagi yang ingin melewati jalur lain, bisa menggunakan jasa ojeg motor melalui jalan Cinumpang. Biasanya kita harus membayar Rp 25.000,-. Sebab, area Curug Sawer berbeda dengan Danau, jaraknya sekitar 200 meter. Biaya masuk areal ini Rp 3000,-.

Fasilitas dan Penginapan
Tidak jauh setelah melewati adventure area kita akan melihat sebelah kiri jalanan menuju Tanakita. Tanakita telah memiliki fasilitas bernama Villa Merah yang merupakan camping area dengan kapasitas maksimum 30 orang yang dilengkapi dengan villa (rumah panggung) yang difungsikan sebagai ruang pertemuan dan sudah dapat digunakan sejak Febuari 2013.

Ruang Villa Merah buat pertemuan atau meeting
Terdapat 2 ruang pertemuan dengan kapasitas 30 orang dan 15 orang. Ruang pertemuan dilengkapi pula dengan peralatan presentasi seperti, white board, flip chart, LCD projector dan layarnya. Jadi para peserta tetap dapat melakukan pertemuan seperti layaknya di hotel, sembari menikmati alam dan layanan TanaKita Five Stars Camping. Harga per orang sekitar Rp 450.000,-

TanaKita menawarkan beberapa paket pilihan. “Mau mendirikan tenda sendiri, boleh. Mau kemping dengan nyaman seperti di hotel, kami juga siap. Satu kabin dengan tempat tidur paling nyaman sedunia,” begitu promosi Setyo. Kamar mandi dengan air panas, dapur, juga ada.

Untuk kegiatan selama di situ, ada treking, jalan ke air terjun, mengitari danau dengan perahu karet, ke desa untuk melihat kebun dan memerah susu sapi penduduk. Menginap di desa pun, boleh. “Nantinya juga bakal ada program bersepeda dan tubing (meluncur di sungai berbatu dengan ban dalam mobil).” 

Biaya untuk semua fasilitas itu Rp 450 ribu per orang, per malam. Kecuali anak-anak di bawah 4 tahun bebas biaya. Harga itu sudah termasuk paket adventure, 3 kali makan, gratis kopi, teh, air putih, serta makanan tradisional. “Kalau mau barbeque, juga kami siapkan tempatnya.”

Wisna Danau
Selain itu, dekat di area Danau terdapat Wisma Danau. Terbagi dua dan cukup untuk menampung sekitar 150 orang. Fasilitas yang ditawarkan terbilang sederhana dan sesuai permintaan. Mau pake kasur bisa, mau pakai sleeping bag juga bisa. Terdapat bale-bale untuk nongkrong sembari ngopi bersama-sama.

Friday, 28 June 2013

GREEN CANYON, PETUALANGAN SEGAR DAN MEMIKAT


Green Canyon tak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Kawasan Pangandaran. Tempat wisata yang terletak di Desa Kertayasa, Ciamis, Jawa Barat ini memiliki daya pikat tersendiri buat para wisatan lokal maupun mancanegara. Terletak sekitar 31 Km dari Pangandaran.

Bagi yang tidak takut ketinggian silahkan loncat 
Nama Green Canyon dikenalkan oleh wisatawan dari Perancis. Warna air sungai yang kehijauan menjadi alasan mengapa tempat yang dipercaya oleh sebagian orang memiliki kekuatan magis ini disebut dengan “Green Canyon” - yang sebelumnya dikenal dengan sebutan Cukang Taneuh yang berarti Jembatan Tanah. Jembatan ini dengan lebar 3 meter dan panjang mencapai 40 meter yang menghubungkan antara Desa Kertayasa dan Desa Batukaras.


Pemandangan yang indah

Biasanya yang menjadi tujuan wisatawan adalah terowongan yang menyerupai gua yang berada di bawah jembatan tanah yang dikenal sebagai Gua Green Canyon. Untuk sampai ke Gua tersebut, kita harus menyusuri sungai Cijulang dengan perahu kecil yang disebut Ketinting. Perahu ini untuk 5-6 penumpang (tanpa terkecuali anak atau bayi dihitung 1 orang) dengan sewa Rp 125 per perahu. Jarak tempuhnya dari dermaga Ciseureuh menuju Gua sekitar 30 menit.


Wisatawan menaiki perahu Ketinting

Selama dalam perjalanan, kita dapat menikmati pemandangan tebing bukit yang ditumbungi pohon yang rindang dan hijau. Mata kita terasa sejuk, begitu pula dengan airnya yang berwarna hijau.


Titik awal untuk berenang

Sesampainya di bebatuan yang berbentuk layaknya mulut gua ini kita bisa menikmati segarnya air Sungai Cijulang ini. Diharapkan untuk menjaga keselamatan - terutama bagi yang tidak bisa berenang, menggunakan baju pelampung. Sensasi kualitas airnya dapat kita rasakan bersama, sehingga rasanya ingin selalu berenang.

Loncat merupakan sensasi bagi yang suka berenang
Sebagai catatan, di tempat ini kita diharuskan membayar lagi ke pembawa Ketinting untuk berenang dengan hitungan setengah jam Rp 100 ribu. Karena ini merupakan kesepakatan antara pihak perahu dan kita, sebenarnya bisa diatur untuk fleksibiltas waktunya.



Sebelum naik batu harus menyeberang dulu
Di sini, bagi yang suka loncat ke air bisa menaiki batu yang cukup besar. Tapi bagi yang takut dengan ketinggian tak usah memberanikan diri.


Tempat pemberhentian akhir perahu Ketinting
Sebagai catatan, sebaiknya kalau mau ke Green Canyon di musim kemarau karena airnya akan terlihat indah dibanding di musim hujan. Bila tak beruntung dan hujan, maka airnya akan berubah dari kehijauan menjadi merah tanah atau “butek”. Selain itu, untuk penginapan agar banyak pilihan terutama yang memperhatikan budget sebaiknya di daerah Pangandaran saja.


Gaya sebelum berenang

Tim yang kompak
Gaya di atas perahu Ketinting
Dermaga
Tim saling yang saling membahu 
Sebelum berjibaku melawan arus








Friday, 21 June 2013

PASIR PUTIH PANGANDARAN PENUH PESONA



Pelesiran ke Pantai Pangandaran sangat menyenangkan. Banyak cerita yang bisa dibagi. Salah satunya yang kami kunjungi adalah Pasir Putih.


Kuda ini sengaja disewakan untuk wisatawan


Pantai Pasir Putih merupakan pulau kecil yang terletak di kawasan Cagar Alam Pangandaran. Untuk sampai ke sana, kita harus menempuh melalui perahu kecil dengan penumpang antara 5-7 orang. Biaya sewa variatif karena tidak ada tiket khusus - artinya kita harus pintar-pintar menawar.


Tampak Pantai Pasir Putih sebelum kita menyeberang



Ketika itu kami cukup bayar Rp 150 ribu buat 2 perahu. Perlu diketahui, biaya ini hanya untuk mengantar ke satu tujuan Pasir Putih. Jika memang mau lebih atau keliling harus membayar lagi.


Perahu untuk angkut wisatawan ke Pantai Pasir Putih

Di Pasir Putih kita akan disambut dengan monyet-monyet yang akrab dengan manusia. Hanya saja, monyet-monyet yang berkeliaran biasanya sangat antusias untuk mengambil bawaan pengunjung jika menggunakan bungkusan plastik. Meski jinak, hati-hati untuk tidak memainkannya. Bila memang tidak membawa makanan, tak perlu berpura-pura mau kasih makanan, sebab bila marah bisa mencakar.


Di samping itu, kita juga bisa snorkeling di tempat ini. Banyak yang menyediakan peralatan snorkeling dengan sederhana. Dalam artian, kita tak bisa berharap lebih untuk mendapatkan tabung oksigen, karena peralatan yang disewakan sederhana. Misalnya pelampung, sepatu renang, kacamata renang dan alat pernafasan biasa. Tempat snorkeling ini juga tidak dalam dan kita hanya bisa melihat tumpukan batu karang dan ikan ikan-ikan kecil.


Selain itu, kawasan seluas 530 hektar ini memiliki kekayaan bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan berbagai jenis Kera. Ketika masuk ke kawasan ini, kita merasakan berada di dalam hutan yang masih cukup alami. Kita dapat mengambil banyak gambar pemandangan kawasan ini. Hanya saja, tim Travelenia tak memiliki banyak waktu dan cukup sore sehingga tak bisa banyak mengeksplor daerah yang berada di kawasan Pantai Selatan ini.





Perjalanan dari Jakarta
Rute perjalanan dari Jakarta - Pangandaran bisa ditempuh dengan berbagai moda transportasi seperti Bis Umum, Kereta Api, maupun kendaraan pribadi.


Karena kita menggunakan kendaraan pribadi, maka jalur yang kita tempuh adalah Tol Cikampek > Purbaleunyi > Nagreg. Meski lelah namun kita juga bisa menikmati pemandangan dengan gunung-gunung kanan dan kiri sehingga mata tidak mudah bosan.


Kalau menggunakan Kendaraan Umum atau Bis Umum, kita bisa naik dari Kampung Rambutan Jurusan Pangandaran diantaranya Bis Perkasa Jaya menuju Terminal Pangandaran. Bisa menggunakan bis menuju Tasikmalaya atau Banjar kemudian sambung dengan bis 3/4 menuju Pangandaran untuk siang hari. Jika malam hari bisa naik Bis Budiman dari Tangerang dan Bekasi menuju Terminal Pangandaran.


Untuk mode Kereta Api bisa menggunakan jurusan Jawa Tengah. Dari stasiun Jakarta Kota (Senen) dengan kereta yang melewati dan berhenti di Stasiun Kota Banjar. Lalu naik Bis Umum 3/4 yang menuju Pangandaran.


Sedangkan untuk jalur alternatif bisa menggunakan jalur selatan. Dari Ciawi menuju Rajapolah > Tasikmalaya > Kawalu > Sukaraja > Jatiwaras > Salopa > Cikatomas > Cikalong > Legok Jawa > Cimerak > Cijulang > Parigi > Pangandaran.


Itulah pilihan moda transportasi dan jalur yang bisa ditempuh untuk ke Pangandaran.






Penginapan
Soal penginapan di kawasan Pangandaran cukup banyak pilihan dan bisa disesuaikan dengan budget. Dan terbilang lengkap, dari yang biasa hingga hotel bintang 5. Kebetulan kami menginap di Hotal Malabar yang memiliki view ke jalanan dan pantai. Banyak fasilitas yang didapat seperti kola renang, karaoke dan lainnya.


Hotel Malabar

Karena di pinggir jalan, akses ke pantai sangat dekat. tinggal menyeberang dan sudah sampai di pasir dan bibir pantai yang ombaknya cukup besar. Bagi yang ingin menunggangi kuda dapat menyewanya.


Singkat kata, kami cukup senang untuk menikmati di Pantai Pangandaran ini.

Wednesday, 22 May 2013

SITU PATENGAN, ARTI SEPENGGAL CINTA


Selain ke Kawah Putih, kita juga tak luput untuk mengunjungi tempat wisata terkenal lainnya di Kawasan Ciwidey, Bandung Selatan, yaitu Situ Patengan.

Situ Patengan berasal dari bahasa Sunda, yakni “Pateangan-teangan” yang maknanya saling mencari. Nama tersebut tak lepas dari legenda sepasang manusia yang saling mencintai bernama Ki Santang dan Dewi Rengganis. Singkat cerita, setelah sekian lama berpisah akhirnya mereka bertemu di tempat yang kini dinamakan Batu Cinta ini. Dewi Rengganis pun minta dibuatkan perahu dan danau untuk berlayar bersama.

Prasasti Batu Cinta
Situ Patengan atau dikenal dengan sebutan Patenggang terletak di kaki Gunung Patuha, Kabupaten Bandung dengan jarak kira-kira 50 Km dari Ibu Kota Bandung ke arah selatan. Tepatnya di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali yang berada di ketinggian sekitar 1600 meter dari permukaan laut (dpl). Awalnya kawasan seluas 150 Ha ini menjadi cagar alam atau taman nasional, namun pada tahun 1981 resmi menjadi “Taman Wisata Alam”.

Yang kami senang di perjalanan sebelum sampai di Situ Patengan adalah hamparan kebon teh yang indah dan memesona. Udaranya sejuk dan membuat pandangan adem-damai. Disini menjadi pengobat rindu pada kehangatan alam yang masih asri.

Pemandangan yang asri dan alami
Ramai Dikunjungi
Tempat ini selalu ramai dikunjungi. Selain keindahan alam dan udaranya yang sejuk, juga terbilang wisata yang dapat dijangkau siapa saja. Tiket masuk per orang hanya Rp 4500,- dan untuk parkir mobil Rp 10.000,-.

Biasanya para pengunjung berniat untuk menapakkan jejak di Batu Cinta. Karena Batu Cinta ini diyakini sebagian orang bila sampai di sana bersama pasangan, perjalanan cintanya akan langgeng.

Transportasi Menuju Prasasti Batu Cinta
Untuk mencapai Batu Cinta kita membutuhkan transportasi air, yakni Perahu yang disewakan. Tak ada patokan khusus mengenai harga untuk menyewa Perahu. Hanya saja biasanya dikenakan biaya antara 200-300 untuk rombongan satu Perahu. Karena tim Travelenia dapat mempengaruhi kebaikan hati sang nahkoda, akhirnya cukup bayar Rp 100 ribu. Disamping itu, juga terdapat wahana lain seperti bebek-bebek-an yang bisa kita nikmati di sana.

Para Pengunjung yang Terus Berdatangan
Salah satu pemandangan di Situ Patengan
Menghirup udara segar sembari berpose
Merasakan kedamaian bersama alam
Secara singkat, Situ Patengan memiliki lingkungan yang asri, menyegarkan pikiran siapa saja yang datang. Semoga bermanfaat.



Tuesday, 21 May 2013

PESONA KAWAH PUTIH, CIWIDEY


Menjejakkan kaki di kawasan Bandung Selatan akhirnya kesampaian juga. Minggu pertama Mei 2013, kami berangkat dari Jakarta sekitar 01.20 dini hari menuju Tol Cipularang. Pagi itu banyak truk sehingga perjalanan cukup tersendat, namun tak menyurutkan semangat kami.

Sampai di Pintu Tol Kopo jam 03.58, kami langsung menuju arah Ciwidey.  Kawah Putih terletak di daerah Ciwidey, tepatnya di Gunung Patuha. Tempat ini terkenal dengan wisata alam karena memiliki suasana yang alami dan eksotis. Kabut awan putih sering turun di  daerah ini.


Memasuki tempat wisata Ciwidey, kami langsung merasakan kesejukan mata dan udara karena hutannya yang terjaga dan terlindungi. Apalagi ketika melintasi kawasan kebon teh, rasanya kita berada di alam surga. Damai dan tentram yang kita dapatkan.





Jalur Menuju Ciwidey

Akses ke tempat wisata Ciwidey Bandung Selatan dari Jakarta melewati Tol Cipularang. Keluar Tol Kopo belok kanan dan biasanya akan mengalami kemacetan karena banyak mal dan sekolah di sepanjang jalan Kopo Soreang. Lalu ikuti jalan dengan jarak tempuh sekitar 1-2 jam (sekitar 40 Km). Karena kami sampe dini hari, tentu hanya membutuhkan kurang dari 1 jam untuk sampai depan kawasan Kawah Putih menggunakan kendaraan pribadi.


Sebelum sampai kawasan Kawah Putih, kita tentu melewati Gambung – perkebunan tertua di Jawa Barat dengan suasana perkebunan Teh yang alami sehingga terasa berbeda dengan perkebunan di tempat lain baik di Puncak atau Lembang. Karena malam, perkebunan ini kami lewat begitu saja.


Selepas Gambung, kita akan melewati jalanan berkelok dan menanjak. Karena jalanannya terbilang bagus dan tidak banyak lubang, tentu membuat perjalanan kita terasa mengasyikan. Dan jam 05.00 pagi kita sudah sampai depan Gerbang eMTe High Land.

Menuju Kawah Putih
Karena masih pagi dan sekitar jam 08:00 pagi baru dibuka untuk umum, kami istirahat sembari ngopi dan sarapan pagi. Di sana banyak orang jualan minuman dan makanan. Jadi tak perlu khawatir untuk sekadar ganjalan perut di pagi hari. Bubur ayam pun kita bisa menikmatinya.

Pintu Gerbang Menuju Kawasan Puncak Kawah Putih

Untuk masuk ke kawasan Kawah Putih, kita harus melewati pintu gerbang. Untuk mobil pribadi dikenakan biaya Rp 150.000,- dan per orang Rp 15.000,-. Jarak menuju Puncak Kawah Putih, Gunung Patuha sekitar 5 Km dengan kondisi jalanan yang cukup sempit dengan kondisi menanjak dan sesekali menurun. Kanan kirinya dipenuhi tumbuhan hutan tropis yang tinggi dan rapat.

Gunung Patuha konon berasal dari nama Pak Tua – lebih sering masyarakat menyebutnya Gunung Sepuh, dengan ketinggian 2.434 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan kisaran suhu 8-22°C. Kawah ini terbentuk akibat letusan yang terjadi pada abad X dan XII.


Awalnya masyarakat sekitar menganggap Gunung Patuha angker hingga tak seorangpun berani mendekati. Namun cerita misteri itu berubah ketika seorang botanis Belanda peranakan Jerman, Dr. Franz Wilhelm Junghuhn menembus hutan belantara hingga akhirnya menemukan danau kawah yang indah pada 1837.


Pada tahun 1987 PT Perhutani (Persero) Unit III Jawa Barat dan Banten mengembangkannya menjadi obyek Wisata yang terkenal. Menariknya, air danau kawahnya sering berubah-rubah warna, kadang hijau apel dan kebiru-biruan bila terik matahari dan cuaca terang. Kadang berwarna cokelat susu dan paling sering berwarna putih disertari kabut putih tebal di permukaannya.


Pohon ini dapat dijadikan bagian menarik di frame foto

Tips
Bagi yang memiliki penyakit batuk atau alergi, sebaiknya lebih hati-hati. Usahakan membawa masker atau penutup hidung karena bau blerangnya cukup menyengat.

Disamping itu, di kawah ini banyak spot yang dapat menginspirasi fotografer untuk mendapatkan obyek menarik dengan latarbelakang kawah. Ada batu besar dan pohon yang menjadi daya tarik tersendiri bila dimasukkan dalam frame sebuah foto. Selamat menikmati.